Proses yang biasanya membutuhkan studio rekaman, tim teknis, dan biaya besar kini bisa dipersingkat.
Hal ini membuat karya digital terasa lebih praktis sekaligus ekonomis.
Tak heran, jika fitur baru ini dihadirkan, generasi muda yang terbiasa dengan kecepatan teknologi akan menjadi audiens utama.
Namun di sisi lain, muncul rasa khawatir bahwa ruang berkarya musisi manusia bisa semakin sempit.
Jika nantinya karya buatan mesin mendominasi playlist populer, maka kesempatan musisi untuk menembus pasar lagu Spotify bisa berkurang.
Bisa Geser Musisi atau Tidak?
Pertanyaan penting adalah apakah teknologi ini benar-benar bisa geser musisi.
Secara teknis, kualitas audio yang dihasilkan memang tidak kalah dengan karya rekaman profesional.
Namun ada sisi yang sulit digantikan, yakni pengalaman hidup, emosi, dan ekspresi personal yang selalu hadir dalam karya manusia.
Banyak lagu lahir dari kisah nyata yang membuat pendengar merasa terhubung secara emosional.
Karya mesin mungkin bisa menghasilkan irama menarik, tetapi sulit menyentuh sisi mendalam dari hati pendengar.
Perdebatan inilah yang membuat teknologi ini masih menimbulkan pro kontra di berbagai kalangan.









